Pagi pagi sekali aku sudah tiba di tempat ini. Tempat yang penuh dengan buku buku yang berderet rapi. Mataku dengan lincah mencari cari sebuah buku novel yang akan aku berikan untuk lelaki yang spesial di hidupku, Wirdiyan D Hanif.
Aku memang tak pernah membeli novel, jangankan novel membeli buku pelajaran atau buku pengetahuan lain pun sangat jarang sekali. Tapi kali ini aku bertekad membeli novel tersebut setelah digembor-gemborkan melalui iklan bahwa novel ini sangat menarik. Novel yang menceritakan tentang pengalaman lima pemuda dikala menuntut ilmu. Bahkan dalam iklan pun disebutkan novel ini akan difilmkan. Pasti sangat bagus bukan? “ah itu dia” mataku tertuju pada sebuah buku yang kumaksud, aku berjalan menuju kassa dan menyerahkan uang sesuai dengan angka yang tercantum pada bandrol di buku itu.
Setelah selesai, aku keluar dari toko buku. Dengan ringan kulangkahkan kaki berjalan menuju tempat yang menjadi rumah kedua ku. Tiba di ruangan ku, ku simpan buku yang masih berbalut plastik rapi itu diatas meja. Wangi buku baru tercium menusuk hidung saat aku tengah sibuk membuat catatan.
“Assalamu’alaikum” aku tersentak kaget mendengar suara salam yang menurutku sedikit keras. Diruangan ini tidak ada siapa-siapa selain aku, jadi pastilah salam itu ditujukan padaku. “Wa’alaikum salam…iya silahkan masuk”. Seorang pemuda yang baru saja kukenal, dengan senyum yang tak pernah lepas dari wajahnya melangkahkan kaki dengan ragu-ragu mendekati meja ku. Aku hanya tersenyum geli melihatnya. Aku maklumi keragu-raguannya karena memang baru pertama kali ini dia memasuki ruangan ku. Ia menyodorkan “sesuatu” yang memang telah ku minta dari hari sebelumnya.
“Terima kasih” sahut ku. Tiba-tiba saja terbersit di pikiran ku untuk menghadiahkan buku yang baru saja kubeli itu padanya, sedangkan untuk lelaki spesialku nanti saja kubelikan lagi, pikirku.
“Pernah tau Novel ini?” tanyaku sambil memperlihatkan buku yang baru aku beli. Tanpa kuduga matanya langsung terbelalak, sambil menunjuk nunjuk buku yang ada di atas meja dia berkata terbata-bata “ini kan?... Ini kan?” tak mengerti apa maksudnya, mungkin dia mau mengatakan ini kan buku yang dia cari-cari hahaha…entahlah itu hanya dugaanku saja. “sudah punya buku ini belum?“ tanyaku. Masih dengan ekspresi wajah yang aneh dia menjawab “belum”
“Kalau begitu Ini ambil sebagai tanda terimakasih” sahutku sambil menyodorkan novel yang wangi khasnya masih menusuk hidungku itu. Raut wajahnya tampak semakin terkejut, senyumnya yang saat dia datang menempel di wajahnya, berganti menjadi ekspresi kaget plus matanya yang tetap melotot. “jadi?... Ini?... Ini? Maksudnya ambil gimana?...saya tidak mengerti” kata kata yang tidak beraturan keluar dari mulutnya, masih dengan ekspresi yang sangat kaget. Sambil tersenyum aku jawab “iya silahkan ambil, itu saya berikan untukmu”.
“oh…iya” balasnya dengan suara datar, dan dengan setengah berlari dia meninggalkan ruangan, meninggalkan aku yang sedikit bengong karena…”tidak ada ucapan terima kasih?” tanya ku dalam hati.
Jika dipikirkan lagi memang aneh, aku yang tidak pernah membeli novel, hari itu bertekad membeli sebuah buku novel, dan secara spontan terfikir untuk memberikan padanya yang belakangan baru aku tau ternyata dia sangat menyukai novel. Yah memang mungkin sudah rezeki dia saja yang Alloh lewatkan kepadaku.
Dan….buku pengganti dengan judul yang sama, yang niatnya akan kuberikan pada lelaki spesial ku…sampai sekarang….tak pernah aku belikan…