Translate

Rabu, 31 Juli 2013

Diskusi Kelompok Matematika I SP



Dua pertemuan terakhir kuliah matematika di SP 2012/2013 ini saya tutup dengan metode diskusi kelompok bagi mahasiswa di kelas, memang sempat terfikir, selama SP matek ini tidak ada diskusi kelompok, ditambah permintaan salah seorang mahasiswa, maka klop lah…dengan mantap saya tekad kan “yeah…ditutup dengan diskusi kelompok”.

Tapi ini bukan diskusi sembarang diskusi hehehe…maksudnya bukan diskusi biasa yang setiap kali sering dilaksanakan pada metoda-metoda belajar pada umumnya. Yaa umum nya, Dosen memberikan soal, kemudian mahasiswa disuruh berkelompok untuk mendiskusikan solusinya, kemudian solusinya diserahkan perkelompok, biasanya dibahas atau bisa juga tidak dibahas. Dan biasanya dengan metode seperti itu, terjadi kerjasama antar mahasiswa, maksudnya hanya seorang saja mahasiswa yang “kerja“ mengerjakan solusi soal (biasa nya yang pintar dan sudah paham materi), sedangkan teman-teman sekelompoknya men“sama”kan alias cuma nyontek atau nyalin hehe. Mana bisa paha materi kalau begini?

Karena saya tidak mau yang biasa-biasa…maka diskusi kelompok kali ini saya bikin lain dari biasa.
Sehari sebelum pelaksanaan diskusi kelompok, saya pilih beberapa mahasiswa yang berdasarkan proses pembelajaran di kelas beberapa mahasiswa ini sudah memahami materi lebih baik dari teman-teman nya yang lain. Kemudian saya persilahkan mereka membentuk kelompok sendiri yang terdiri 3-4 orang anggota.

Tidak hanya itu saja, saya minta masing-masing kelompok untuk belajar terlebih dahulu membahas soal-soal mengenai seluruh materi yang sudah dipelajari dan yang akan diujiankan minggu depan.
Saya juga meminta kepada ketua kelompok agar bersedia menerangkan, menjelaskan materi yang belum dipahami anggota nya. Karena keesokan harinya….”Pertandingan akan dimulai”.

Ya keesokan hari nya kamis 25 Juli 2013. Saya persilahkan anggota kelompok maju ke depan kelas, untuk menyelesaikan soal. Ada yang unik disini, mahasiswa maju ke depan papan tulis tidak embawa selembar kertas pun dan sambil belum mengetahui soal apa yang akan mereka kerjakan karena…”kejutan”. Ya soal nya saya berikan sesudah mereka siap berdiri di depan. Hal ini saya maksudkan agar mahasiswa siap dan mampu mengerjakan bentuk soal yang seperti apa pun dengan kemampuan sendiri. Jika mahasiswa tersebut tidak mampu dipersilahkan mundur untuk kembali berdiskusi dengan kelompoknya, tetapi soal tersebut dapat direbut oleh kelompok lain.

Bagi mahasiswa yang mengerjakan soal dengan benar tentu saja saya beri point nilai, tapi ada hal menarik yaitu ketua kelompok nya ikut kecipratan memperoleh point nilai. Beruntung bagi ketua kelompok yang anggotanya banyak ke depan mengerjakan soal dengan benar, hanya dengan ongkang-ongkang kaki, ketua kelompok bisa memperoleh poin nilai banyak. Point nilai bagi ketua kelompok menurut saya sepadan dengan usaha dia menerangkan pada anggotanya agar para anggota ini dapat memahami materi dengan baik.
Kenapa saya terapkan metoda ini di dua hari terakhir perkuliahan?



Tujuan saya pertama memudahkan mahasiswa memahami materi perkuliahan, karena masih ada beberapa mahasiswa yang hingga detik detik menjelang ujian akhir semester ini masih belum memahami materi, padahal saya sudah berulang kali menerangkan materi yang sama. Barangkali jika yang menerangkan nya adalah teman sendiri, dia akan lebih mudah dan lebih cepat paham

Kedua mengajarkan sikap tenggang rasa dan mau berbagi ilmu pengetahuan bagi yang sudah paham materi. Selama ini ada anggapan bahwa kalo orang yang pintar pasti pelit ilmu, tidak mau berbagi. Padahal apa ruginya membagikan ilmu apalagi di perkuliahan. Jika kita bisa paham materi dan ujian memperoleh nilai A, kemudian berbagi kepada teman dan teman pun juga memperoleh nilai A, apakah kita rugi?
Justru ilmu itu akan semakin kuat menempel pada otak kita, jika kita membagikannya pada orang lain, percaya deh, ilmu kita akan semakin bertambah begitu juga pahala nya akan semakin mengalir.

Ketiga memunculkan rasa percaya diri bagi mahasiswa-mahasiswa yang kemarin-kemarin belum paham untuk tampil ke depan dan menyelesaikan solusi soal. Toh saingan nya adalah sesama anggota kelompok, sedangkan sang ketua yang sudah dianggap “pintar” dibekukan sementara hehehe.

Keempat melatih sikap bekerja sama (yang sebenarnya) diantara mahasiswa
Kelima tentu saja memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh nilai proses pembelajaran yang tinggi.

Tapi ternyata yang terjadi di hari kamis ini tidak sesuai dengan yang saya harapkan, ada beberapa mahasiswa yang cuek dengan ke-belum paham-an mereka. Mereka tidak diskusi sebelumnya, tidak bertanya pada ketua kelompok, bahkan ada ketua kelompok yang tidak ada anggota nya karena mahasiswa nya tidak hadir…
Duh sedihnya…

Walaupun mahasiswa yang cuek ini hanya sebgian kecil, tapi cukup membuat saya khawatir. Yaa..sebagian kecil mahasiswa tidak memiliki daya juang untuk berusaha, untuk meraih prestasi, untuk sukses. Kalau menurut “bahasa” salah seorang mahasiswa  “kurangnya adrenalin untuk berpacu”. Sedih kan?
Sungguh saya ingin mahasiswa-mahasiswa ini lulus kalau bisa dengan nilai yang tinggi, karena apa? karena sebagian besar mahasiswa ini mengambil kuliah saya ini karena ingin memperbaiki nilai mereka yang kurang baik atau bahkan tidak lulus pada semester reguler. Jadi nilai mereka harus tinggi kan? Jangan E lagi? Dan saya hanya akan memberikan nilai sesuai dengan kemampuan pemahaman mereka. Mana mungkin saya luluskan jika tidak mampu untuk lulus.

Saya sampaikan kekecewaan saya di depan kelas, dan mereka berjanji untuk diskusi hari jumat besok mereka akan berusaha lebih baik.
Hari jumat 26 Juli 2013 kembali metoda yang sama dilaksanakan pada proses pembelajaran di kelas. Alhamdulillah…semuanya berjalan lebih baik dibandingkan hari sebelumnya. Walaupun belum 100% sesuai dengan harapan saya, tapi tak mengapa, sudah lebih baik, banyak yang lebih paham dan nilai proses nya pun lebih banyak.


Pertemuan hari itu ditutup dengan memberikan reward bagi beberapa mahasiswa berprestasi dan doorprize.
Selamat kepada mahasiswa-mahasiswa, yang memperoleh nilai UTS tertinggi, yang memperoleh nilai proses terbanyak, dan kedua terbanyak, juga yang memperoleh doorprize dan terima kasih bagi seksi dokumentasi. Semoga hadiah dan doorprize yang diberikan bermanfaat dan dapat memotivasi untuk terus berprestasi.




Selasa, 30 Juli 2013

ARTI SAHABAT


Haloo…bagaimana kabarnya nya?
Pasti lama tidak baca tulisan saya ya? Hahaha…
Kali ini saya ingin menulis mengenai sahabat, boleh ya?

“SAHABAT”

Kata kata itu pasti sudah sering didengar dan tak asing lagi, makna nya pun pasti kamu sudah tau, benar kan?
Ketika saya menanyakan kata kata itu pada mbah google dan menekan tombol “search” bermunculan kalimat yang menerangkan mengenai kata “Sahabat” ini,

“Sahabat laksana pelangi yang mencerahkan hidupmu setelah kau berhasil melewati badai”

Ada juga kalimat

“Sahabat adalah seseorang yang datang ketika seluruh dunia meninggalkan mu”

Hmmm…terdengar lebay ya?
Tapi ada kalimat yang saja juga setuju

“Mempunyai satu sahabat sejati lebih berharga daripada seribu teman yang mementingkan diri sendiri”

Dan masih banyak lagi kalimat-kalimat mengenai sahabat yang bermunculan tapi tentu saja tidak akan saya tuliskan satu-persatu disini.

Ketika saya mencari makna Sahabat dalam Islam, ada tulisan dari sebuah blog yang saya kutip sebagian:

Islam memandang persahabatan sebagai nilai yang agung dan menentukan dalam nasib dan kehidupan seseorang. Karena itu, baik Nabi Saw maupun para Imam Maksum Ahlul Bait dalam banyak kesempatan menekankan untuk memilih sahabat dan kawan dengan benar. Misalnya dalam hadis Nabi disebutkan bahwa beliau bersabda,  “Manusia beragama seperti sahabatnya

“Bersahabat dengan orang yang arif dan bijak akan menghidupkan jiwa dan ruh.” 

Kriteria lain dari sahabat yang baik menurut Islam adalah orang yang setia dengan tali persahabatan. Beliau lalu menjelaskan batas-batas persahabatan dan berkata, 

Batasan-batasan persahabatan adalah; Pertama, dia mesti bersikap sama baik didepanmu maupun dibelakangmu (Yakni menjaga kejujuran dan persahabatan). Kedua, menganggap kebaikanmu sebagai kebaikannya dan celamu sebagai celanya. Ketiga, tidak mengubah perilsaya ketika dia mendapat kedudukan atau harta. Keempat, jika memiliki harta, dia tak akan pernah segan membantumu. Kelima, tidak membiarkanmu seorang diri kala engkau ditimpa masalah dan kesulitan.”

Kriteria lain dari sahabat yang baik adalah kesabaran.  

Imam Ali (as) berkata, “Bersahabatlah dengan orang yang penyabar, dengan begitu engkau bisa belajar meningkatkan kesabaranmu.” 

Hadis ini menjelaskan pengaruh sahabat yang penyabar. Orang yang penyabar akan mudah merendahkan hati ketika muncul masalah dalam persahabatan. Dia akan mudah memaafkan kesalahan sahabatnya. Perselisihan yang mungkin muncul antara dia dengan kawannya tidak akan mudah merusak persahabatan.


Nah itu sebagian kutipan dari sebuah blog, yang dapat saya simpulkan bahwa

Islam Menganjurkan kita untuk Memilih sahabat yang baik atau yang membawa pengaruh baik bagi diri kita.

Selain itu masih dari sebuah blog islam yang lain saya kutipkan ciri-ciri sahabat, Katanya sahabat itu :

  • Akan selalu melindungimu dari berbagai hal.
  • Selalu mempererat tali pertemanan dalam kondisi apapun
  • Jika memerlukan pertolongan darinya, ia akan membantumu
  • Apabila ia melihat sesuatu yang tidak baik darimu dia akan menegurnya dan menutupi dari aib
  • Jika kamu meminta bantuan, ia akan mengusahakannya
  • Bila kamu punya masalah, ia akan menanyakan kesusahanmu
  • Bila kamu memberi satu kebaikan kepadanya, ia akan menerima dengan baik
  • Selalu menghargai kebaikan darimu
  • Dia mempercayai perkataanmu.
  • Apabila kamu merencanakan sesuatu, ia akan membantumu
  • Jika kamu berselisih faham, niscaya ia akan lebih senang mengalah untuk menjaga kepentingan persahabatan. 

Yaah itu…beberapa kutipan mengenai sahabat setelah saya tanya pada mbah google
Pada intinya semua mengarahkan bahwa sahabat adalah seseorang yang peduli pada kita yang kepeduliannya biasanya melebihi teman-teman yang lain. Terutama pada saat kita merasa sedang down atau kalau saya boleh bilang dengan bahasa yang santun, saat kita tidak dapat berfikir bijaksana dan membutuhkan seseorang yang dapat mengembalikan ke kondisi yang bijaksana, dialah sahabat.

Sahabat adalah orang yang bisa memotivasi kita agar kita terpacu untuk menjadi orang yang selalu mengembangkan diri menjadi “a Good Person” bahkan “a Best Person”

Sebagian besar orang di dunia ini pastilah punya sahabat atau setidaknya pernah mempunyai sahabat, mungkin lebih dari satu orang.
Bahkan Rasulullah Muhammad saw pun mempunyai sahabat, bahkan banyak sekali.
Ada Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khattab, dan lainnya yang semuanya sangat Rasulullah pedulikan dan mereka pun amat sangat peduli terhadap Rasulullah Muhammad saw.

Bagi orang yang pandai bersosialisasi terutama yang belum menikah tentulah sangat mudah mendapatkan sahabat, tetapi seiring berjalan nya waktu, ketika kita menikah, atau sahabat kita menikah, tentulah persahabatan tidak akan sama seperti dulu lagi, baik dari segi intensitas waktu yang dijalani bersama maupun dari banyaknya perhatian dan kepedulian yang diberikan.

Yah memang sulit mencari orang yang tetap memberikan rasa peduli atau memberikan perhatian, yang bersedia meluangkan waktu hanya untuk mendengar keluh kesah kita, ditengah banyaknya tugas dan tanggung jawab yang harus dia kerjakan, belum lagi perhatian dan kewajibannya terhadap keluarganya, anak-anak dan pasangan nya yang memang harus menjadi prioritas pertama dibandingkan sahabatnya.

Mungkin hampir sama dengan pengalaman kebanyakan orang, sahabat-sahabat yang saya miliki ketika duduk di sekolah dasar, sekolah menengah, kuliah, sebagian besar entah pada kemana. Tidak pernah lagi bertemu. Apalagi jaman dulu belum ada FB, twitter atau jejaring sosial lain yang dapat melanggengkan komunikasi antara saya dan sahabat-sahabat sekolah dulu. Jangan kan internet, HP pun belum ada.

Ya karena komunikasi yang sudah sekian lama terputus sehingga membuat saya dan sahabat-sahabat lama tidak lagi saling share, berbagi cerita atau saling memberikan kepedulian, bahkan mungkin kami akan merasa canggung jika bertemu kembali.

Baru-baru ini sebuah jejaring sosial mempertemukan saya dengan seorang sahabat ketika saya masih sekolah dulu. Sahabat yang pada saat saya masih berseragam putih abu pernah satu kelas di tingkat dua dan tiga. Dia satu-satunya teman yang memanggil saya dengan sebutan “Ovie” dari dulu hingga sekarang. Senang sekali dia masih mau membaca tulisan saya di blog, masih bersedia untuk memberikan motivasi

Alhamdulillah masih ada beberapa sahabat yang saat ini masih mau berbagi kepedulian dengan saya, walaupun saya mempunyai banyak teman dekat, tetapi ketika sedang merasa tidak bijaksana, ketika pemikiran sumpek dan menghambat aktivitas positif, ketika ada ganjalan dan rahasia yang harus diceritakan, hanya orang-orang tertentu yang saya pilih untuk berbagi, yang saya merasa nyaman menceritakan penyebab kegundahan hati, ya orang pilihan tersebut bisa dikatakan sahabat. Sahabat yang bersedia meluangkan waktunya hanya untuk mendengarkan permasalahan, yang mau peduli memberikan saran atau solusi. Tidak hanya dikala kita gundah saja. 

Menurut saya…sahabat bisa saja tidak hanya dari lingkungan teman saat kita bersekolah saja, atau teman sepermainan di lingkungan rumah. Selain itu sahabat tidak harus seusia dengan kita. Bisa saja kita memperoleh sahabat baru di suatu tempat/kondisi yang sama sekali tak terduga, atau bisa saja kita mempunyai sahabat yang jarak umurnya sangat jauh berbeda dengan kita.

Ya karena itu yang terjadi dengan saya. Salah seorang sahabat saya, usianya jauh diatas saya dan kita bertemu bukan karena satu sekolah, bukan karena rumah yang berdekatan, tapi bertemu tidak sengaja pada suatu acara training motivasi. Tidak disangka saya bisa bersahabat dengan nya, sejak tahun 2009. Walaupun usia nya jauh diatas saya, tapi saya tidak canggung untuk berbagi cerita dengan nya, tidak canggung untuk bertingkah konyol dan saling mentertawakan kekonyolan itu hahaha. Thanks buat Teteh “I” yang telah menjadi sahabat sekaligus kakak bagi saya.

Oh ya…Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu mempunyai sahabat?
Apakah kamu memiliki orang yang sangat peduli padamu? Bersedia mendengarkan keluh kesahmu? Bersedia membantumu? Tidak rela melihat mu gundah, dengan senang hati membantu mu dan berusaha menarik mu kembali menemukan keceriaan mu? Selalu mengajak dan mengingatkan pada kebaikan, ingin agar kau menjadi lebih baik. Bukan kah itu sahabat namanya?
Bukankah memiliki sahabat sangat menyenangkan?

Tapi apakah kita sudah menjadi sahabat bagi sahabat kita?
Sudahkah kita membalas mempedulikannya? Siapkah kita membantu nya jika dia membutuhkan bantuan? Tahukan kita bahwa sebenarnya dia sangat membutuhkan pertolongan walaupun dia menyembunyikannya? Sudahkan kita berbagi, tidak hanya menuntut diri kita yang selalu ingin di perhatikan, tidak hanya memikirkan kepentingan kita yang selalu di nomorsatukan? Sudahkah kita memperhatikan kepentingannya?

Sudahkah…?

Kehilangan seorang sahabat…?
Aduh gimana ya rasanya?

Tiba-tiba saja seseorang yang begitu peduli pada mu tidak lagi mempedulikan mu? Pasti sedih rasanya. Semua orang pun mungkin akan menghindari hal ini, menghindari kehilangan sahabat baik.

Tapi…bagaimana jika kita telah menjadi sahabat bagi orang lain, tetapi orang tersebut tidak menganggap kita sahabatnya? Hanya mementingkan kepentingan nya saja sendiri, sehingga terkadang kita harus rela meninggalkannya agar kita tidak menaruh harapan. Harapan agar dia bersedia sedikit saja mempedulikan kita.
Entahlah…


Heey…
Seseorang yang bersedia menjadi sahabatmu, itu adalah seseorang yang luar biasa. Apakah akan mudah memperoleh pengganti orang yang peduli pada mu, orang yang memberikan perhatian nya, rela mendengarkan keluh kesah mu, rela membantu apa pun jika kamu meminta nya, bahkan jika tidak diminta pun dia bersedia memberikan apa yang kamu butuhkan. Seseorang yang membuat mu sering tersenyum, yang mengharapkan agar kamu selalu berada dalam kondisi terbaik dalam segala hal. Yang memotivasi kamu agar selalu dapat mengembangkan diri.

Jadi…apakah rela kehilangan nya?

Tidak akan mudah menemukan seorang sahabat, apalagi dalam waktu singkat…
Jadi…pertahankanlah seseorang yang bersedia peduli padamu sebagai sahabatmu, dan berusahalah memberikan kepedulian pada sahabat-sahabat mu

Sahabat-sahabatku…
Terimakasih sudah bersedia menjadi sahabat baik. Bersedia lebih peduli padaku dan aku pun akan berusaha tetap peduli, menjadi sahabat yang baik bagimu… sahabat-sahabatku…

Thanks buat sahabat-sahabatku sejak SMA, sahabatku yg baru lulus S2 dari UGM, buat sahabat-sahabatku saat kuliah, sahabatku yang sedang mengembangkan wirausaha, sahabat baruku yang begitu khawatir kalau aku ngambek, sahabat-sahabat di lingkungan kampus. Juga untuk sahabat-sahabat aku yang lainnya atau yang menganggap aku adalah sahabat. Thanks buat kalian semua

Thanks juga buat sahabat ter-spesial sahabat terbaik sejak aku kuliah hingga kini…Suamiku…

Thank you very much….
You are my best friends…


Selasa, 16 Juli 2013

Kelas Matematika Teknik I SP 2012/2013

Semester Pendek 2013 ini, kembali saya mengajar matematika Teknik I, mengajar mahasiswa-mahasiswa yang hampir sebagian besar sudah saya kenal. Ada pengalaman yang menarik saat  mengajar di kelas ini. Setiap saya mengajar saya selalu membawa-bawa dus kue ber-cap merk sebuah toko kue terkenal, tetapi isinya bukan kue melainkan uang J.
Ya, di kelas ini pertama kalinya saya memberlakukan peraturan bahwa bagi yang terlambat datang lebih dari lima belas menit diharuskan berinfak dengan memasukan uang kertas ke dalam dus kue yang atasnya sudah dilubangi, pun termasuk jika saya terlambat datang. Dari uang tersebut rencananya akan saya gunakan untuk mencopy diktat atau buku yang nantinya akan saya bagikan juga kepada mahasiswa. Walaupun sudah di wanti-wanti agar memasukan uang kertas ke dalam dus, terkadang ada saja mahasiswa yang bereksperimen memasukan uang logam sehingga bunyi nya menjadi berisik sekali… hehe J.
Yang saya sukai dari kelas ini adalah ketika saat diskusi pada proses pemberlajaran di kelas, Banyak sekali mahasiswa yang sangat antusias ingin menjawab pertanyaan yang saya ajukan. Dengan semangat mereka maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan. Walaupun kelas ini dominan angkatan atas, yang notabene “angkatan atas” biasanya tidak tertarik menjawab pertanyaan, hanya formalitas hadir untuk memenuhi persyaratan absensi saja (biasanya…). Tetapi di kelas ini angkatan atas nya pun terlihat aktif. Tentu saja saya sangat senang dengan semangat ini.

Dulu saya sering berdiskusi dengan banyak pengajar baik dosen maupun guru, diantara nya mengenai perilaku siswa saat diskusi atau proses pembelajaran di kelas. Banyak guru yang menyayangkan, semakin tinggi tingkat sekolah (SMA dan Kuliah), semakin enggan siswa untuk mengangkat tangan baik bertanya, mengemukakan pendapat atau pun menjawab pertanyaan guru/dosen saat di kelas. Berbeda sekali saat siswa-siswa tersebut masih di tingkat TK atau SD. Padahal salah satu hal yang dapat memacu kreatifitas otak dan merangsang perkembangan otak kanan adalah yaa hal ini, berani bertanya, mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan, katanya. J
Tetapi perilaku enggan tersebut tidak nampak di kelas ini, saat proses pembelajaran banyak yang mengangkat tangan untuk menjawab soal-soal, apalagi jika soalnya sangat mudah hehehe…mungkin juga rasa semangat ini timbul karena dosen nya adalah seorang “Ibu Noviyanti” hahaha…bercanda.
Ya walaupun memang ada segelintir siswa yang masih belum mau menjawab tetapi sebagian besar sudah sangat baik dalam proses pembelajaran di kelas. Dan biasanya yang segelintir mahasiswa ini saya paksa juga untuk menjawab soal, untuk memunculkan keberanian agar selanjutnya dapat lebih berani dan tidak enggan lagi hehe...

Saya harap seiring berjalannya waktu seluruh mahasiswa kelas ini dapat tetap semangat menjawab pertanyaan saat diskusi, tetap semangat dalam mengerjakan soal-soal. Dan semoga saja proses pembelajaran yang seperti ini dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap materi pelajaran dan membuahkan nilai yang baik pula.
Tetap semangat yaa mahasiswa-mahasiswa ku. Semoga hasil ujiannya memuaskan dan semua lulus dengan nilai yang terbaik. Amiin…